Mengapa kita menggunakan kata dewa-sa untuk menjelaskan kondisi seseorang yang telah matang secara fisik dan mental sebagai manusia? Apakah kata ‘dewa’ di dalam dewasa dimaksudkan untuk menegaskan bahwa seorang manusia utuh harus punya kemampuan serupa dewa? Ia harus cakap dalam memlilih jalannya, harus sigap dalam melihat setiap peluang, harus jeli dalam menganalisa setiap masalah, Harus cukup lembut untuk memaafkan, harus cukup fleksibel menerima setiap kegagalan, harus cukupp bijaksana dalam memilih keinginan dan kebutuhan, harus kuat dalam menghadapi setiap terpaan sekaligus harus cukup jujur dan hangat terhadap dirinya sendiri.
Pantas saja kita menamainya Dewa-sa setelah mampu melewati semua tekanan, tarikan dan himpitan tersebut. Belajar mencari jalan tengah dan jembatan terimbang dari semua keinginan diri dan keinginan sekitar yang tarik menarik dan silang sengketa. Mungkin..
Tapi apapun itu, semoga kita tidak kehilangan diri dalam proses pen-dewa-an ini. Semoga…
“The day the child realizes that all adults are imperfect, he becomes an adolescent; the day he forgives them, he becomes an adult; the day he forgives himself, he becomes wise.”
— Alden Nowlan
Tawau, 2013-11-22
ivy
*biru coba memahami dewa-sa
Leave a Reply