Selama ini tak pernah terlintas dgn jelas bagaimana hidupku tanpamu, walau penuh perjuangan dengan segala luka dan perih yang ada. Lalu kita sampai di pulau pengharapan, di mana semuanya terlihat kembali tertata dan membaik setelah badai besar.
Bergelut lagi dengan rutinitas membosankan dan kembali kamu menyelam dalam duniamu yang tak pernah sanggup kuselami. Aku mencoba dan terus mencoba belajar berenang. Kamu semakin dalam dan dalam tak terkejar tak tersentuh.
Katamu, hanya aku yang tak paham caramu mencintaiku sebegitu dalam, ntah. Bagiku hubungan yang baik tak terbina dengan satu arah, timpang. Mungkin yang kamu butuhkan hanya sosok untuk dicintai, bukan tubuh nyata untuk dicurahkan perhatian. Karena bagiku penting adanya membuatku mengerti caramu mencintaiku.
Apalah arti semua rasamu untukku jika rasa itu hanya terhenti di asamu tanpa pernah mewujud dan menyampaikan maknanya padaku?
Apa artinya punya segudang mimpi namun tak pernah diberi kesempatan untuk menyata?
Harus kuakui, semakin aku menyelam semakin aku tak paham dengan kamu yang dulu kucinta. Mungkin aku menilai diri terlalu tinggi ketika berpikir aku mampu mengerti dan menyelamimu.
Sekarang, aku lelah dan kehabisan tenaga untuk mengejarmu. Aku akan duduk dengan tenang di pesisir pantai menantimu keluar. Kali ini tanpa janji dan harapan.. Semoga saja aku tak tergoda untuk ikut kapal yang lewat.
T,2014-6-17
Ivy
*biru penuh ragu pilu
Leave a Reply