Langit biru siang itu ditemani dengan sengatan matahari yang tidak malu-malu, saat saya dan seorang teman memulai perjalanan menuju Kinabalu National Park. Kami memilih minivan dengan tarif 20rm/orang yang dapat ditemukan di depan Dreamtel Hotel, Jalan Padang Merdeka, Kota Kinabalu. World Heritage Site pertama Malaysia ini terletak di sebuah kota kecil bernama Kundasang yang berjarak ~86km dari Kota Kinabalu.

Ada beberapa pilihan transportasi umum untuk menjangkau National Park dari Kota Kinabalu. Ada bus antarkota dengan tujuan Sandakan atau Tawau seharga 15-20 rm, minivan, taxi seharga 90-100 rm satu kali jalan, atau dengan menyewa mobil. Apapun pilihan transportasinya, kondisi jalan yang berkelok-kelok dan menanjak akan menyita waktu sekitar 2 jam.
Keterbatasan waktu yang kami miliki mengecilkan niat kami untuk mendaki Gunung Kinabalu. Kami jadikan perjalanan ini sebagai perkenalan dan pendekatan sebelum kelak kami coba menaklukkan gunung tertinggi di Asia Tenggara yang menjulang setinggi 4095 meter ini.
Aktivitas di Kinabalu Park

Ada beberapa rute pendakian yang sering ditempuh orang untuk menaklukkan Kinabalu. Timpohon Trail yang terletak di dalam Kinabalu Park adalah rute paling ramah dibandingkan rute lainnya. Mesilau Trail sedikit memutar namun menawarkan pemandangan yang lebih memanjakan mata.Ada juga Ferrata Trail yang sering disebut iron road yang cocok bagi para penggila adrelanin kerena sepajang jalur ini, pendakian akan dilakukan dengan segala peralatan panjat tebing yang serius. Waktu terbaik untuk melakukan pendakian adalah sekitar bulan Maret-Mei, saat langit begitu cerah dan bintang-bintang terlihat dengan jelas.

Berkunjung ke kawasan Kinabalu National Park tak berarti kamu harus melakukan pendakian. Menjajal trail-trail yang sudah disediakan bisa jadi aktivitas yang menyenangkan bagi para penikmat alam yang senang bergoyang lutut sembari merasakan udara bersih pegunungan mengisi paru-paru. Ada lebih dari 6 trail di dalam kawasan taman nasional ini yang bisa dipilih dan disesuaikan dengan kemampuan. Tak perlu takut tersesat, papan penanda ada di hampir setiap belokan.

Pagi itu, setelah membayar tiket masuk, kami berjalan ke mana kaki membawa dan memilih Bukit Burung Trail, lalu berganti ke Silau-Silau Trail menuju Botanical Garden. Di tengah perjalanan kami dikejutkan oleh seekor anjing kampung liar yang menyalip dari belakang dengan cepat dan sigap. Tak dinyana, ternyata dia menjadi teman perjalanan yang setia selama sehari itu, dan pada akhir hari kami menamainya Mazi—a-mazi-ng dog. Cerita tentang Mazi dapat dibaca terpisah di sini

Atmosfer di Kaki Gunung Kinabalu

Suasana Kota Kundasang sangat nyaman untuk bersantai dan menikmati hari tanpa melakukan apapun dan menghabiskan malam memandangi langit penuh bintang. Sepanjang mata memandang yang terlihat adalah petak-petak sawah dan perkebunan yang hijau serta deretan pegunungan yang terkadang diselimuti awan. Pemandangan yang sungguh memanjakan mata dan menyegarkan pikiran. Sengatan matahari yang sering kali lepas dari balik awan, semilir angin gunung yang membelai lembut dan menghanyutkan, syahdu.
Setiap Kamis malam dan Jumat pagi di pusat Kota Kundasang yang berjarak sekitar 10 km dari taman nasional diadakan pasar. Kami cukup beruntung untuk menyaksikan pasar Kamis malam ini. Tidak besar, tetapi lebih dari cukup: mulai dari gorengan, buah, daging, ikan, makanan kering, baju, sepatu,hingga segala macam pakaian bekas bisa ditemukan di sini.
Legenda Nama Kinabalu

Beberapa hari memandangi Gunung Kinabalu dari kejauhan membuat saya bertanya-tanya, apa arti nama Kinabalu? Apakah ada yang melihat puncak Gunung Kinabalu seperti perempuan yang tengah tertidur dengan rambut terurai? Bermula dari keingintahuan ini, saya melakukan riset kecil-kecilan tentang legenda Kinabalu.
Alkisah, ada seorang pangeran dari Cina yang datang mencari mutiara besar yang dijaga oleh naga buas di puncak gunung, yang sekarang dikenal sebagai Gunung Kinabalu. Pangeran berhasil merampas mutiara berharga dan menewaskan sang naga, kemudian menikahi seorang perempuan Kadazan, suku asli daerah Sabah. Sayangnya, tak lama setelah menikah, sang pangeran kembali ke Cina dan menelantarkan istrinya. Wanita yang kecewa dan patah hati ini kemudian melarikan diri ke gunung untuk menangis dan meratap. Janda pangeran Cina ini kemudian dipercaya menjadi batu, sehingga gunung tersebut dinamai “Kina” dari kata “Cina” dan “balu” yang berarti janda. Kinabalu. Sebenarnya ada beberapa kisah lain tentang sejarah penamaan Kinabalu, namun kisah janda Cina ini adalah yang paling lekat di mata dan hati saya.
Terlepas dari segala keinginan menaklukkan Kinabalu, mengunjungi Kinabalu Park bisa jadi salah satu aktivitas menarik yang wajib dicoba jika berkunjung ke Sabah. Suasana dan keramahan alam yang ditawarkan lebih dari cukup untuk membuatmu berdecak kagum dan merasa bersyukur ada di sana. Datanglah dan caci saya jika kamu merasa tertipu dengan tulisan ini, namun jika semua benar adanya tolong berikan sedikit bekal makanan yang kamu bawa untuk Mazi. Sampaikan salam saya untuk dia.

Padang, 2015-3-19
Ivy
*biru berbagi cerita
Info penting:
Tiket masuk Kinabalu Park: 15 rm (non-malaysia)
Izin mendaki: 100 rm (non-malaysia)
Asuransi pendakian: 7 rm
Guide: 120-150 rm (untuk mencapai puncak setiap 2 orang wajib membawa 1 guide)
Penginapan di Laban Rata: 60-70 rm/malam
Penginapan di Kundasang: Nikgold Garden (90-110 rm/malam),
kontak Mr. Bronson (+60178299778)
Leave a Reply