
Jika kelak aku jatuh cinta dan beranak pinak, akan kupastikan anakku tidak salah memandang waktu. Ketika semua orang tua membohongi anaknya selagi menyuapinya makan, dengan embel-embel janji “supaya cepat besar”, aku akan berkati anakku agar ia kuat mengarungi waktu. Aku tak ingin menanamkan konsep menjadi besar dan dewasa itu sebagai sebuah penghargaan. Sebab itu proses alam yang sebaiknya bergulir begitu saja. Tak perlu kusisipi mimpinya; biar mimpi itu datang pada waktunya.
Membesar itu pasti, bertumbuh itu pilihan. Akan kupastikan dia paham betul ada jurang lebar yang harus dijembatani antara umur dan jiwa. Kuyakinkan dia pendewasaan jiwa bukan hal mudah seperti umur yang pasti akan terus bertambah bahkan tanpa kamu sadari. Pendewasaan utuh butuh usaha ekstra yang tak akan sia-sia jika dilakukan.
Aku akan berkata padanya: manusia itu makhluk yang unik, sulit dipahami namun pun sering kali serupa satu dengan yang lain. Saat kamu rela memberikan es krim kesukaanmu untuk seseorang, ceritakan padaku siapa orang itu. Masa kecil adalah masa di mana manusia paling jujur, paling polos, paling berani. Jangan pernah lupakan keingintahuanmu itu, Nak! Jaga terus api itu hingga kelak kau dewasa. Teruslah bertanya, meski tak semua tanya ada jawabnya.
Ketika dia pertama kali mengalami menstruasi ataupun mimpi basah, akan kupastikan dia mengerti tentang jatuh cinta. Tentang konsep waktu yang selalu berjalan apapun yang akan terjadi. Bahwa waktu tak mungkin memelan ataupun menjadi lebih cepat; ia konstan dan akan terus begitu. Tentang setiap tindakan yang punya konsekuensi. Waktu itu apa adanya, ia akan mengembalikan apapun yang harus dikembalikan pada waktunya. Bersiap sedialah dengan segala pilihanmu.
Saat dia akan memasuki dunia orang dewasa, akan kupastikan dia memilih pekerjaan yang diinginkan, tak peduli seaneh dan sehina apapun itu. Waktu tak pernah bisa diperindah dengan harta atau jabatan apapun. “Nanti saja lakukan ketika kamu sudah cukup berpunya!” Akan kuingatkan lagi padanya tentang waktu yang terus melaju dan tak pernah berhenti untuk memberimu sekedar celah bernafas. Semoga aku tak menyisipimu dengan segala kekhawatiranku tapi doa, semoga. Penting mengalir bersama waktu, jangan menggantungkan apa-apa terlalu jauh di ujung sana. Kita tak pernah tahu, apa waktu mengizinkan kita menggapainya kelak.
Akh, kelak . . . . Aku benci dengan janji yang ditorehkan pada kata itu. “Hidupi saja hidupmu, Nak. Itu hal terpenting yang perlu kamu lakukan. Terpenting, saat melihat bayanganmu di cermin kamu mampu berkata, ‘Aku bangga padamu dan berjanji tak akan pernah berhutang maaf padamu.’”
Sekali lagi nak, waktu itu seperti roda pemutar pada treadmill yang akan terus berjalan. Pastikan kamu menginvestasinya pada hal yang tepat, orang yang tepat, dunia yang tepat.
Dan di akhir semuanya, Nak, pastikan bagaimana kelak kamu akan mengakhirinya.
note: ini tulisan setahun lalu, yang entah bermaksud apa kembali padaku. Iya saya sedang jatuh cinta :”
Tulisan ini sebelumnya sudah di publish di kamantara.id
Leave a Reply