Hati-hati dengan Nanti

“Hati-hati dengan nanti, karena yang kita punya hanyalah kini.”

blueismycolour

Dalam dua bulan pertama di tahun 2022 ini, berbagai buku pilihan yang saya baca berputar di topik yang sama, kesadaran. Trigernya tentu saja Vipassana yang saya percaya sebagai bekal baik untuk memulai tahun yang baru.

Di permenungan hening selama 10 hari tersebut, ada banyak pelajaran yang saya peroleh. Pelajaran-pelajaran ini yang secara perlahan ingin coba saya aplikasikan secara lebih sadar ke dalam kehidupan. Di tengah prosesnya ada begitu banyak pertanyaan tentang bagaimana “tenang seimbang” yang sebenarnya dalam kehidupan sehari-hari? Bagaimana proses untuk “tidak berekasi” diaplikasikan dalam kehidupan nyata? Di mana batasannya?

Pertanyaan-pertanyaan ini yang kemudian mengiring saya untuk membaca berbagai buku tentang kesadaran. Sudah sampai mana? Tentu saja belum ke mana-mana, tapi ada beberapa hal yang kini dapat saya pandang dengan cara yang lebih berbeda dan moga-moga kesadaran ini tetap bisa bertahan.

Bahwa yang kita punya hanya kini, hati-hati menggunakan nanti!

Kita sering kali meletakkan segala hal pada nanti. Nanti saja, kalau

Saya sudah punya rumah

saya sudah punya pasangan

saya sudah berkeluarga

saya sudah punya gaji besar

Nanti saja, waktu

anak-anak sudah besar

liburan minggu depan

sudah santai

sudah punya momongan

sudah punya kamera baru

sudah beli mobil baru

sudah masuk kuliah

sudah kepala 3

….

Tiap kita pasti punya satu atau dua “Nanti saja” versi kita. Hal yang sering dilupakan adalah nanti saja berada di masa depan, entah itu 5 menit lagi, 2 jam lagi atau 1 minggu atau 3 tahun kemudian. Sang nanti saja ini punya satu sifat yang biasanya tidak kita sadari, ia tak pasti, ia tak dapat dikontrol, ia bahkan belum tentu ada untuk semua orang.

Meletakkan banyak harapan pada sesuatu yang tidak punya pondasi itu tentu saja kebodohan, bukan? Inilah yang kemudian membuat kita menjadi tidak tenang dan penuh dengan kecemasan dan kepanikan. Lalu lupa dengan masa saat ini yang satu-satunya kita miliki.

Menurut Ekchart Tolle, jika ada hal yang membuat kita tidak berbahagia atau tidak senang di saat sekarang (Now), ada 3 pilihannya menghadapinya:

  1. Menarik dirimu dari kondisi tersebut
  2. Melakukan sesuatu untuk merubah kondisi tersebut
  3. Menerima kondisi tersebut

Ketiga pilihan di atas semuanya harus dilakukan di waktu yang sekarang. Hal yang saya sadari, seringnya kita atau setidaknya saya adalah tidak ingin memilih satu dari 3 pilihan yang ada. Lalu menutup mata dan meletakkan masalah tersebut pada nanti sembari berharap pilihan jawaban akan berubah. Inilah yang kemudian menjadi tegangan dan beban yang diangkat sepanjang hari sampai satu dari 3 pilihan di atas dilakukan.

Maka tenang seimbang mungkin adalah keadaan di mana mampu melihat dan menerima permasalahan yang dihadapi lalu dengan jejak memilih untuk menghadapinya. Alih-alih menggunakan mantra, doa, atau meditasi sebagai pengaburnya.

PS: Guna meditasi adalah mengajarkanmu untuk menjadi lebih tenang dalam menghadapi setiap masalah yang muncul tiba-tiba tersebut. Agar pikiranmu yang seperti hewan liar tersebut dapat lebih mudah dikontrol. Sembari kesadaran yang dilatih setiap hari dalam duduk hening akan kelak berguna sebagai senter untuk melihat dan meraba tubuh masalah. Memutilasi bagian-bagian rekaan dan melihat jantung masalahnya.

Well, tentu saja ini masih pemikiran yang dengan penuh usaha coba untuk dikerjakan.

Padang, 2022-02-23

Ivy


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *