“Hal-hal yang ingin kau atur dan kontrol adalah pemberat dari langkahmu.” tulis saya di salah satu sesi jurnal pagi beberapa hari silam.
Intens mendengarkan curhatan teman beberapa hari silam membuat saya merenung dan berpikir. Betapa hal-hal yang mengiritasi kita sebenarnya muncul dari keinginan untuk mengaturnya, keinginan untuk membuatnya sesuai yang kita inginkan. Iritasi itu muncul dari ketidaksukaan atau ketidakterimaan akan realita yang tengah terjadi dan ingin untuk merubahnya.
Keinginan untuk merubah (sesuatu di luar diri) dan ketidakmampuan untuk menerima kenyataan inilah yang membuatmu merasa lelah. Sederhananya, jelas-jelas ada tembok, tapi tetap saja didorong sekuat tenanga untuk berpindah tempat. Gebleg toh?
Faktanya: kesadaraan bahwa kamu tak merubah apa-apa selain dirimu adalah perjuangan harian yang butuh dilakoni sepanjang usia. Menyadari lagi dan lagi bahwa satu-satunya cara teringan dalam menjalani hidup adalah menerima bahwa tak semua hal mampu kamu kontrol. Hidup punya variabel besar yang bukan mampumu untuk mengaturnya. Relakan yang harus direlakan dan terima yang harus diterima.
Kemampuan untuk membedakan hal yang butuh diperjuangkan dan butuh direlakan diasah dengan meditasi, menulis, membaca, berdiskusi, menari dan kegitan-kegiatan lain yang membuatmu terhubung dengan dirimu dan melihat dirimu secara apa adanya. Keterbatasanmu dan keterbatasan mampumu.
Menyadari keterbatasan adalah garis batas penerimaan yang meringankan
~blueismycolour
Di mana perjuangan yang satu ini ternyata dimenangkan justru bukan dengan gencatan dan pertahanan namun dengan merelakan (ego). Merelakan satu-satunya cara yang mampu meringankan dan sekaligus menguatkanmu.
Jakarta, 2022-10-25
ivy
Leave a Reply