Berkemas


“Buat banyak orang, memilah benda yang penting dibawa dan yang tak butuh dibawa itu pekerjaan sulit” begitu kira-kira petikan kalimat Mbak W dalam judul tulisan berkemas di buku Life Traveler. 

Saya yang ketika itu sedang dalam kebingungan berkemas, terang saja tergelak ketika membaca buku itu untuk kesekian kali. Tersenyum-senyum sendiri dan mengamini. 

Jujur, buat saya berkemas itu selalu jadi tantangan tersendiri. Apalagi jika tujuannya beruntun dan dengan highlight yang berbeda-beda.  Selama ini saya hanya punya 1 aturan sederhana, membawa barang yang muat dalam 2 tas saya. Merasa cukup hanya dengan 1 ransel baju dan 1 ransel barang penting. Keduanya pun harus mampu saya gotong sendiri. 

Sampai saat ini, aturan itu berjaya untuk membuat saya meninggalkan barang-barang yang butuh saya relakan. Mencukupkan diri dengan yang ada syukurnya. 

Nah, hingga perjalanan kali ini membuat saya serba salah. Sebenarnya bukan rentang perjalanan yang membuatnya jadi menantang, tapi salah satu tujuannya yang bercuaca super ekstrim. Dieng. 

Dieng di bulan Agustus, kala subuh mampu mencapai temperatur minus. Ini yang membuat saya bingung setengah mati dalam berkemas. Setengah dari ransel saya berisi jaket tebal dan sweater. Padahal tak biasanya saya berangkat dengan tas penuh. Saya selalu menyediakan 1/3 atau setidaknya 1/4 bagian kosong ketika berangkat. Kala ini, tas itu penuh dan begah.

Lalu sebuah tanya menelusup, apa mungkin melakukan perjalanan setahun melalui segala cuaca ekstrim hanya dengan 1 ransel baju ini? 

Pagi ini ketika menulis diary di Bandara Husein saya menemukan jawaban untuk pertanyaan saya. 

Jawabnya: Tentu saja mungkin, karena ransel hanyalah analogi benda yang mampu kita bawa serta dalam perjalanan. Seperti halnya perjalanan (hidup), si ransel ini menggambarkan beban yang mampu kita pikul. Hal-hal yang penting buat kita. Isinya seperti jenis-jenis baju itu bisa kita bongkar pasang sesuai kebutuhan. Tak semua orang kuat dengan suhu dingin, ada yang butuh membawa 2 jaket, ada yang cukup hanya dengan 1. 

Berkemas ini sekaligus membuat kita sadar akan kemampuan dan keterbatasan diri. Karena nanti ketika tujuan berganti, kita hanya butuh kerelaan untuk melepaskan dan kebesaran hati untuk menerima segala benda-benda yang tak lagi kita butuhkan dan mulai memberatkan ransel kita. Melepaskannya, merelakannya. 

Ransel yang mampu ditenteng masing-masing orang berbeda. Hal ini bergantung mampu, mau dan usia. Menyoal isinya juga berbeda, jangan lupa semua boleh ditukar sesuai butuh. 

Barang apa yang akan kamu relakan dalam perjalanan panjang? Atau barang apa yang tak mungkin kamu tinggalkan dalam perjalanan apapun? 

Bandara Bandung, 2018-7-30

Ivy


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *