Mahabharata

img_7146
the best page from Mahabharata, Jogja 2018

“What is happiness? Happiness is the result of good conduct

What is that, abandoning which man become love by all? Pride, abandoning it man become love by all

What is that, by giving up which man become rich? Desire ~ getting rid of it man become wealthy”

Tiga pelajaran di atas adalah hal yang membuat saya tertampar sekaligus tertegun kagum dengan betapa luar biasa kisah yang telah berkelana ratusan tahun ini. Betapa setelah berabad-abad, dunia tak berubah banyak, segalanya masih sama saja. Iri dan ketamakan masih menjadi akar masalah dari segala masalah.

Sejujurnya, terlalu jumawa bagi saya dengan pengetahuan seumur jagung untuk mereview kitab luar biasa ini. Tulisan ini lebih merupa bentuk kekaguman saya akan segala ajaran yang ada di dalam buku hebat ini.

Berkesempatan membaca buku Mahabharata karangan C Rajagopalachari yang diterbitkan di tahun 1983 adalah sebuah berkah luar biasa tersendiri. Begitu banyak rasa yang berkecamuk ketika membalik lembar demi lembar buku yang umurnya lebih tua dari diri. Buku yang tak berani saya pinjam karena umurnya, buku yang akhirnya saya selesaikan setelah jedah setahun. Buku yang saya tamatkan kemarin di kunjungan kedua ke rumah peminjamnya.

“Seorang pria tua berambut putih yang tergolek lemah dengan tubuh yang dipenuhi anak panah. Anak panah yang menjadi ranjang kematiannya.” Sekelibat gambaran ini segera melintas di pikiran. Gambaran terkuat yang masih tinggal di kepala saya yang menontonnya ketika kecil dulu.

Menyusuri lembar demi lembar dari buku setebah 328 halaman ini membuka mata, betapa buku ini adalah kitab pengajaran tentang hidup yang dituliskan dengan begitu luar biasa.

Rasanya jika ada buku wajib yang harus diajarkan di sekolah, buku ini salah satunya.

Satu qoute terakhir, ” It was dharma the only constant companion in life’s journey.”

 

 

Blanco Coffe, Jogjakarta, 2018-08-19

ivy

 


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *