“Apa yang terjadi jika film cinderella, snow white, rapunzel dan berbagai film princess Disney lainnya dilanjutkan?”
Ini adalah selentingan yang cukup sering muncul dalam beberapa tahun terakhir. Terutama dengan semakin maraknya “empowering women.” Mencoba untuk membuka mata para anak-anak perempuan dan remaja bahwa hidup tak seindah cerita dan bahwa label happily ever after tidak berlaku di dunia nyata.
.
Film ini adalah jawaban Disney untuk ledekan sekaligus tamparan tersebut.
.
Disney sebagai PH besar yang sedari dulu menjadi “ibu” dengan mantra happily ever after, merespon tamparan tersebut dengan film godmothered.
.
Di film berdurasi 110 menit ini, Disney memperlihatkan usahanya untuk merubah stigma tersebut dengan memperlihatkan betapa besar jurang yang ada antara mimpi dan nyata, antara dulu dan sekarang. Jalan ceritanya sendiri sederhana dan sebenarnya punya banyak lubang dalam plotnya, tapi niat dan usaha Disney untuk merubah stigma tentang happily ever after menjadi sesuatu yang lebih realistis masih cukup terasa di sini.
.
Film ini semacam pengumuman dari Disney, bahwa kini kami melek akan besarnya jurang antara dunia imaji yang selama ini kami jual dan akan segera membuatnya menjadi lebih nyata dan realistis.
.
Di akhir film ini menyadarkan bahwa happily ever after itu hanya mimpi, selama hidup akan selalu ada cerita yang terjadi tapi kita bisa tetap berjuang untuk menjadi diri sendiri dan berlajar untuk tetap berbahagia.
.
Bandung, 2020-07-25
Ivy
Leave a Reply