Sunrise & Sunset di Phucheefah

Siang itu, di tengah teriknya matahari saya memakul dua ransel berjalan menuju old station bus  yang berada di tengah kota Chiang rai.Terminal bus selalu identik dengan ramai, bising serta penuh manusia yang berlalu lalang.Tujuan kedatangan saya kali ini phucheefah / phu chi fa. Informasi tentang tempat ini masih cukup sulit didapatkan, maklum phucheefah  merupakan primadona baru Chiang Rai. (Bahkan penulisan nama tempat ini pun masih simpang siur). Terdorong dari keinginan melihat langsung kemegahan sunrise Phucheefah, di sinilah saya mencari kepingan informasi.

Setelah mengamati sesaat, saya memutuskan bertanya pada seorang bapak yang berseragam terminal. Sang bapak manggut-manggut  menanggapi perbedaan bahasa yang membenteng, lalu memanggil seorang teman untuk membantu. Saat kata phucheefah disebut, mereka langsung mengangguk dan memberi tanda untuk mengikuti. Tidak ada loket, hanya sebuah meja kecil dengan gambar sunrise phuceefah yang tergantung di tiang.

pcf1
ticket counter for phucheefah

Bapak penjaga tersenyum dan bertanya dengan bahasa english yang terbata-bata. “Tiket pulang pergi ke phucheefah? “ Saya mengangguk dan menanyakan harga dan jam keberangkatan. Tiga ratus bath untuk perjalanan pergi hari ini dan kembali besok pagi. Minivan akan berangkat dari patlform 1 pada pukul 13.15. Saya membayar dan mengambil tiket. Dengan bahasa tubuh menunjuk ransel untuk dititipkan dan ingin mencari makanan, gestur memang mampu dimengerti semua orang.

minivan yang membawa saya ke phucheefah
Minivan that bring me to phucheefah

Sekitar pukul 13.00 saya kembali ke platform satu dengan perut kenyang dan seplastik cemilan. Minivan yang akan membawa saya masih belum terlihat. Saya memilih duduk sedekat mungkin dengan patlform keberangkatan untuk memastikan saya tidak melewatkannya. Tak berbeda dengan di Indonesia, keterlambatan juga merupakan hal lumrah di sini. Sekitar pukul 14.00 akhirnya minivan yang dinanti-nanti datang. Berselang beberapa menit berangkatlah saya dan tamu-tamu lain menuju phucheefah, semua perempuan dan semua berambut bukan hitam. Menarik!

a view to phuceefah
the view

Perjalanan Chiang Rai menuju phucheefah yang berjarak sekitar ~108 km akan memakan waktu sekitar 2-3jam. Satu setengah jam terakhir perjalanan akan diwarnai dengan kelokan tajam penuh lubang, namun pemandangan yang ditawarkan cukup jadi obat untuk perut yang teraduk-aduk. Saya duduk di depan di sebelah supir yang berkali-kali berusaha untuk bercerita namun terkendala bahasa. Biasanya dalam perjalanan solo backpacker, saya sangat antusias mencari informasi dari pak supir. Saya akan menanyakan hal-hal kecil yang saya lihat di jalan. Selain menemani kebosanan mereka, saya mendapat tambahan cerita. Simbiosis Mutualisme! Kali ini apa daya, saya hanya mampu melemparkan senyum termanis yang saya punya. Maaf

pcf4
expect this scenary all the way to phucheefah

Setelah berkendaraan hampir tiga jam, kami berhenti di sebuah desa yang meriah. Mengapa saya bilang meriah? Karena full music, tenda besar dan mobil yang parkir di kiri kanan, ya seperti bazzar. Sedikit berbeda dengan bayangan saya, namun saya bersiap dengan kejutan yang ditawarkan.

hostel, hotel, villa in phucheefah
hostel, hotel, villa in phucheefah

Tak terlalu sulit mencari hotel/hostel di sekitar phucheefah pada hari biasa. Kurang dari 15 menit, saya dan teman-teman baru sudah mendapatkan kamar untuk menginap. Kami meletakan barang-barang dan memutuskan untuk mengisi perut, cuaca dingin dan perjalanan yang berliku membuat perut meminta jatah lebih cepat.

Selesai makan, kami mencari mobil yang akan mengantarkan kami ke summit besok subuh. Pukul 4.30 pagi dijemput di depan hotel dengan tarif 60 bath per orang untuk trip pulang pergi. Deal! Sebagian besar dari mereka memutuskan untuk tidur dan menyimpan energi untuk nyubuh keesokan paginya. Saya memilih berkeliling desa sembari berharap bertemu sunset jika beruntung.

 atmospher around the villages
atmospher around the villages

Tujuan pertama saya, memastikan asal muasal kehebohan di desa kecil ini. Ketika mendekati keramaian, tampaknya acara baru saja selesai. Dari gerak-gerik yang mampu saya reka, di sini baru saja diadakan Contest beauty pageant. Seorang wanita anggun dengan pakaian adat thailand dikelilingi orang-orang yang ingin berfoto bersama. Saya mengabadikan beberapa foto dari jauh, lalu berlalu mengejar senja yang mulai merah.

a beautiful sunset in phucheefah
a beautiful sunset in phucheefah

Berjalan ke mana kaki melangkah sembari mengikuti  sang matahari yang mulai meletakan kepala dengan indahnya. Sore itu terasa sederhana namun penuh makna, para pedagang yang mulai merapikan barang dagangan, anak-anak yang masih berlarian ke sana kemari. Suasana desa di kaki gunung terasa begitu kental, dibuat sempurna dengan kabut tipis yang mulai memeluk malam. Sekaleng bir thailand dan cemilan hangat menjadi teman dalam perjalan kembali ke hotel. Cara yang indah untuk mengakhiri hari.

Dingin langsung menyeruak begitu pintu kamar dibuka pagi itu. Gigi yang gemertuk dan tangan yang mulai saling digesekan untuk mendapatkan sedikit kehangatan. Pukul 4.25 rombongan sudah berkumpul menunggu mobil yang akan menghantar ke summit. Tak lama jemputan datang, saya tak pernah sebahagia itu duduk berdempetan di dalam mobil, hangat. Berkendaraan sekitar 10 menit, kami sampai di pelantaran parkir dengan penerangan seadanya. Pak supir hanya menunjuk ke satu arah, “Go there, 7 o clock here!” Lalu secepat angin mobil itu meninggalkan kami yang masih setengah sadar.

Di pelantaran parkir terdapat beberapa warung yang menjajahkan pop mie, cemilan, kopi, teh, kupluk, syal bahkan senter. Tanpa berpikir dua kali, semua berhamburan ke warung. Godaan pop mie sungguh tak terelakan di cuaca begini. Terberkatilah yang menciptakan pop mie! Dengan bekal pop mie dan senter dari handphone, kami mulai mendaki. Medannya? Jangan tanya, terlalu gelap untuk dilihat hanya mampu diraba dengan kaki. Menanjak dengan cuaca dingin sudah berat, nah sekarang lakukan dalam cahaya seadanya. Untunglah langit malam itu penuh bintang, jadi penyemangat selama ~15 menit pendakian.

pcf8
an early morning for summit at phucheefah peak

Rombongan kami bisa dikatakan rombongan pertama yang sampai di puncak. Matahari masih belum bangun dan kabut masih menyelimuti. Perlahan-lahan beberapa rombongan lain ikut naik membuat suasana menjadi lebih hangat. Saya memilih puncak teratas untuk menanti mentari, sedangkan teman-teman lain memilih spot yang paling terkenal di phucheefah.

a sunrise over the horizon
a sunrise over the horizon

Kabut tebal yang ada membuat matahari muncul malu-malu seperti cahaya kuning orange yang menggarisi horizon. Magis dan menyihir! Momen-momen luar biasa yang mampu membuatmu terpekur dan memuji kebesaran Tuhan.

morning view around phucheefah peak
morning view around phucheefah peak

Saat cakrawala mulai terlihat, sebagian orang berduyun-duyun turun. Saat turun kami baru tersadari medan seperti apa yang tadi subuh kami lewati, tanjakan yang berbatu-batu. Mungkin ada baiknya tidak dapat melihat, sehingga tetap yakin untuk terus berjalan. Tak sedikit orang yang baru memulai pendakian saat matahari sudah mengembangkan sinarnya. Toh tempat ini memang indah dan pantas untuk dilawat. Sungguh!

Sekembalinya ke hotel kami segara mandi dan mencari makanan pagi. pukul 9.00 minivan yang kemarin menghantar sudah terparkir dan siap meluncur kembali ke Chiang Rai. Perjalanan singkat yang sangat berkesan. Phucheefah, desa kecil yang akan memanjakanmu dengan sunset dan menawan hatimu dengan sunrise. Tidak percaya? Silakan buktikan..

enjoy the sunset
enjoy the sunset
sunrise phucheefah
sunrise phucheefah

Informasi penting :

CR hostel: 200 bath/ night

minivan CR- phucheefah: 300 bath / PP

summit transport: 60 bath / PP

hostel: 200 bath / night

meals: 50-80 bath

*if you have any question, just drop a comment  🙂


2 responses to “Sunrise & Sunset di Phucheefah”

  1. Fajar Permana Avatar

    Foto nya keren2.. Ditambah gaya bahasa & penuturan mbak nya yang agak2 puitis .. Feel nya dapet nih.. Hehe..

    1. blueismycolour Avatar

      Makasih mas.. senang bisa berbagi cerita dan rasa 🙂

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *