Semakin seringnya pose-pose yoga muncul di media, mendatangkan nama besar untuk yoga. Memunculkan orang-orang yang terpesona dengan betapa anggun dan eleganya pose-pose yoga tersebut, lalu melamar jadi yogi. Bukan, tak ada yang salah dengan kekaguman itu, hanya sedikit bias fungsi. Begini, Tujuan akar dari yoga adalah pernafasan. Dengan nafas yang baik, niscaya kualitas hidup akan…
Semakin seringnya pose-pose yoga muncul di media, mendatangkan nama besar untuk yoga. Memunculkan orang-orang yang terpesona dengan betapa anggun dan eleganya pose-pose yoga tersebut, lalu melamar jadi yogi. Bukan, tak ada yang salah dengan kekaguman itu, hanya sedikit bias fungsi.
Begini,
Tujuan akar dari yoga adalah pernafasan. Dengan nafas yang baik, niscaya kualitas hidup akan membaik. Mengatur nafas dan menyalurkannya secara benar.
Oh mengecilkan ego bukan malah menerbangkannya tinggi dengan segala pose-pose elegan tersebut.
Di setiap pose terkandung makna dan filosofi yang mendalam. Pernah bertanya mengapa ada pose tertentu dalam yoga? Seperti warrior pose? Mengapa ada pose kesatria? Siapa yang sebenarnya akan dihadapi? Siapa musuh? Siapa yang harus didengar?
Asal muasal pose kesatria 1, 2 dan 3 akan membuat saya mendongeng tentang mitologi hindi kuno. Dewa shiva yang identik dengan kehancuran memperistri Sita, anak dari raja Dahksa. Sang raja marah dan tak setuju dengan pernikahan ini. Murka besar, lalu membuat pesta lain untuk mengolok-olok sang putri dan suami barunya. Mengundang semua yang ada di dunia kecuali sang putri dan tentu saja sang suami. Mendengar kabar ini, sang putri yang sedih mendatangi ayahnya. Namun alangkah kecewanya Sita mendapati sang ayah justru tak ingin berbicara dengannya, malahan menjuluki suaminya sebagai dewa dari para setan.
Dipenuhi kekecewaan yang menumpuk dan kesedihan yang membuncah. Sita memilih untuk membakar dirinya dalam meditasi, mengembalikan setiap tetes darah yang diberikan sang ayah kepadanya. Sita meninggal dalam tapanya. Mendengar berita kematian istri tercinta, Dewa Shiva murka. Mengambil rambutnya dan menjatuhkannya ke tanah. Rambut ini yang kemudian berubah menjadi kesatria, vira(kesatria)bradha(teman). Gerakan kesatria 1, adalah gerakan sang kesatria keluar dari tanah dengan tangan ke atas memegang pedang. Gerakan kesatria 2, adalah gerakan sang kesatria mengacungkan pedangnya pada Raja Dhaksa, gerakan 3 adalah gerakan sang kesatria menebas kepala sang raja. Lalu apa pula makna cerita cinta tragis itu hingga pantas diambil menjadi salah satu pose yoga?
Cerita tragis itu hanyalah latar, sedangkan dalam yoga pose kesatria ini dimaksudkan untuk pengingat bahwa ada pertempuran yang harus selalu kita menangkan yaitu memenggal kepala dhaksa yang melambangkan ego kita masing-masing. Ego yang merupakan sumber dari segala penderitaan dan lebih berpegang pada cinta dan hati (sati).
Setiap kita adalah kesatria hebat, kesatria yang kuat, kesatria yang mampu menebas ego masing-masing untuk menjadi lebih baik.
Semoga setiap kali melakukan gerakan ini, ada spirit positif yang membuncah. Namaste.
“The Warrior”
The warriors tame
The beasts in their past
So that the night’s hoofs
Can no longer break the jeweled vision
In the heart.
The intelligent and the brave
Open every closet in the future and evict
All the mind’s ghosts who have the bad habit
Of barfing everywhere.
For a long time the Universe
Has been germinating in your spine.
But only a pir has the talent,
The courage to slay
The past-giant, the future anxieties.
The warrior
Wisely sits in a circle
With other men
Gathering the strength to unmask
Himself.
Then
Sits, giving,
Like a great illumined planet on
The Earth.
Wlingi, 2016-05-26
Ivy
*terinspirasi dari perbincangan dengan Ko Denny, Namaste Jakarta
Leave a Reply