Untuk sahabat yang ada di belahan bumi lainnya,
Percakapan absurd kita di tengah malam beberapa hari yang lalu meninggalkan banyak pertanyaan tak terjawab bagimu dan juga bagiku. Sebenarnya bagiamana harus bersikap dan menanggapi semua ketakpastian hidup? Kita bukan termasuk kumpulan manusia yang mengikuti arus zaman dan mencari tameng-tameng sementara untuk selamat dari pandangan publik, bukan? Setidaknya begitu yang selama ini aku yakini.
Aku sama sepertimu, kadang kala goyah, ragu dengan jalan tak biasa yang kupilih untuk menjalani hidup. Apakah jangan-jangan aku yang terlalu sombong dan angkuh sehingga menutup mata untuk mengakui aku salah. Hal ini selalu terjadi saat semesta menjerumuskanku dan seakan tak ada jalan lain selain menerima. Di saat lain saat semesta mendukungku sepenuh hati, aku merasa ini memang jalanku. Ntah.. mungkin aku pun belum pantas memberimu nasehat sobat. Aku masih sama labilnya sepertimu.
Saranku sobat, setiap kali terjatuh dan ingin menyerah, aku lihat kembali semua perjuangan dan pengorbanan yang aku bayar sebelumnya. Aku telah sampai sejauh ini dan tak ingin memutar arah, terlalu sia-sia. Namun jangan tanya padaku, “lantas kapan kita harus menyerah? ” akh.. aku pun selalu bertanya-tanya di mana batas seorang pejuang dan pecundang?
Taken at luang prahang, laos
Mungkin kelak saat tak mampu lagi jari kaki ini kugerakkan, mungkin.
Luang prahang, 2015-2-21
Ivy
*biru mencoba jujur
Posted from Negeri Biru
Leave a Reply