Hampir satu bulan menghabiskan seluruh waktu di tempat yang konstan bersama diri. Saya menemukan banyak hal menarik yang selama ini luput dari perhatian saya.
Koq bisa ya? Hidup lebih dari 30 tahun bersama diri, bagaimana mungkin masih banyak hal yang belum saya pahami tentang diri? Di tengah permenungan tersebut, lalu saya berdecak, “Akh tak salah!” Jiwa ilmuwan saya seperti kembali terpanggil. Bukankah untuk mengamati sesuatu dengan baik dan cermat, variabel-variabel lainnya sebaiknya dibuat konstan?
Aha… ini dia penyebabnya.
Menjalani pembatasan ketat (PPKM) aka lockdown sendiri, memang pengalaman baru untuk saya di tahun 2021 ini. Melakukan segala hal berulang, rasanya membuat waktu memanjang dan kamar kecil ini membesar. Ada rasa-rasa asing baru yang tak pernah saya temui sebelumnya. Ada rasa jengah dan takut menjalani semuanya sendiri. Ada kecemasan yang menyesaki dada dan seakan ingin menelan saya bulat-bulat.
Ada kebosanan yang mengintai setiap saat di sini. Semua tameng kesenangan yang berasal dari luar, dengan serta merta tertutup. Segala pintu dan jendela untuk pelarian atau sekedar mengalihkan pandangan kini raib. Ada diri sendiri yang mau tak mau, tak lagi bisa saya hindari. Ada ketakutan-ketakutan yang tak lagi bisa disembunyikan atau dihias dengan senyuman. Ada kepanikan-kepanikan yang menjelaskan segala luka dan trauma dengan begitu lantang. Ada saya yang dipaksa terima.
Jujur, seminggu pertama rasanya sulit sekali menjalani hari demi hari. Semua terasa lambat dan berat. Namun, berjalanannya waktu mulai ada helaan-helaan nafas lega dan ucapan terima kasih kepada diri karena memilih bertahan di tengah segala tekanan tersebut. Layaknya meditasi, mengalir bersama nafas dan merelakan rupanya selalu jadi jawaban.
Satu dua fakta baru tentang diri kemudian muncul. “Oh begini toh rasanya menjadi orang tua untuk diri sendiri? Berat ya.” ucap saya siang ini ketika menggoreng tempe untuk makan siang di dapur.
Begini rasanya belajar memahami diri dengan sepenuh hati dan kemudian menerimanya. Sadar betul bahwa ini proses tak sudah hingga tarikan nafas terakhir.
Work in progress (always).
–
–
PS: Teman-teman, bertahan!
–
Dago 485, 2021-07-19
ivy
Leave a Reply