Lemari Kenangan

“Ndak apa, mungkin ini saatnya kamu mengosongkan lemari kenangan…” begitu kata salah satu teman baik ketika saya menceritakan satu pengalaman yang membuat saya kecewa dan cukup patah patah di akhir minggu lalu.

Ada campuran perasaan yang sulit untuk dijelaskan, ada hantaman tepat ke ulu hati yang membuat saya terhunyung limbung. Ada banyak pertanyaan lama yang sudah saya kubur, kini kembali datang menghantui. Ada residu-residu harap yang ternyata masih saya simpan dan berubah menjadi pecahan kaca yang mulai mengoret.

Lama saya tersedak dengan segala kenangan dan kemarahan, bergelimang dengan segala kekecewaan dan kesedihan tapi tentu sang kenyataan datang dengan gada besarnya untuk menyadarkan. Mengingatkan bahwa hidup itu sederhana. Kita tak bisa mendapatkan segala hal yang kita mau. Maka tetapkan pilihan dan jalankan. Menginginkan sesuatu tanpa mau menerima konsekwensinya, curang namanya.

Kadang rentetan peristiwa dari pilihanmu ini tak datang di awal tapi tiba-tiba di suatu malam. Bersiap untuknya. Itu waktu yang tepat untuk mengukur tulus iklasmu. Apa masih ada pedih di sana? Jika iya, ini sekaligus waktu yang tepat untuk meluruhkannya. Meleralakan harapan di lemari hati dan benar-benar mengosongkannya.

Hari ini menemukan tulisan pengingat di beradadisini.com , bagaimana jika kita bisa memulai semuanya dari belakang? Apa yang ingin kamu lihat di akhir tahun ini?

Saya pikir ini seperti konklusi sekaligus doa. Mimpi yang kita percaya sehingga diamini semesta dan dibukakan jalan.

Maka ini ingin saya:

Saya ingin dapat nilai yang (setidaknya cukup) baik di pelajaran merelakan.

Saya ingin jadi pejalan hidup yang lebih santai dan tenang. Menyadari bahwa tak semuanya akan sesuai ingin saya. Amien.

 

Bandung, 2019-11-27

ivy

 

 

 


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *