
Tak seharusnya tulisan ini kutuliskan.
Tapi sudahlah.
Aku kehilangan akal, hampir seminggu bibir seksimu membayangi kepalaku.
Aku menyerah.
Tepatnya kemarin malam di pinggir kolam renang. Ketika kupikir air unsur utama zodiakmu bisa menenggelamkan rasa dan asaku.
Tapi aku salah,
atau semesta yang sedang bercanda denganku dan mengirimkan entah lelaki mana itu yang wanginya merupa kamu.
Untuk beberapa detik dalam gerakan renang gaya tidur, aku serasa bermimpi. Dunia seperti berhenti dan otakku mencerna apa aku serindu itu padamu hingga mulai berhalusinasi?
Tak perlu waktu lama, sesampai di tepian, aku sadar itu wangi asli yang menyeruak dari seorang pria yang tentunya bukan kamu.
Lalu lagi-lagi bayangan senyum sungging dari bibirmu yang penuh dan seksi kembali ke dalam ingatanku.
Jujur, aku bukan merindumu. Aku merindu bibir seksi yang selalu ingin kuberi gincu diam-diam ketika kamu tertidur setelah sesi bercinta kita. Aku merindu bibir seksi yang selalu mengecup setiap inci tubuhku dengan lembut dan perlahan, tanpa sisa. Bibir penuh yang bercampur dengan gelitik kumis halusmu di kulit telanjang yang selalu punya kesan tersendiri. Bibir seksi dan wangimu setiap kali menciumku sebelum tertidur di bahumu. Bibir seksi yang kadang mendengkur dan membuatku terbangun di tengah malam.
Oke cukup.
Apa merindukan apa-apa yang dilakukan bibirmu setara dengan merindukanmu?
Oh ya, setelah hampir setengah tahun, apa wangimu masih sama? Apa jika kamu datang dengan wangi yang berbeda aku masih akan merindukanmu? Wangi dan bibirmu tepatnya.
Akh sudahlah,
mungkin baiknya aku selamati saja diriku telah berjalan sejauh ini. Tak kusangka mampu menghadapi dunia tanpa pelukanmu dan baik-baik saja.
Ya, hanya rindu kadang-kadang.
Tapi tenang, kapan-kapan aku rindu lagi, aku sudah tau cara efektif menghadapinya. Menyemprotkan parfummu sebagai foreplay dan bercinta dengan kenangan.
Karena mungkin bukan kamu yang kurindu tapi kenanganmu
Dago, 2018-9-29
Ivy
Posted from Negeri Biru
Leave a Reply