61

Hari ini ibuku berulang tahun yang ke 61. Ya tentu saja itu sekiranya mendiang masih memiliki jiwa. Sayangnya mendiang tak lagi bernyawa sejak pertengahan maret 2020 silam meski mataku masih terus berkaca-kaca setiap membicarakannya.

Aku sempat berpikir dan menguatkan diri bahwa aku pasti mampu menghadapi satu lagi kehilangan. Ya, bukannya latihan membuatmu menjadi lebih mampu? Tapi apa, ternyata tiap kehilangan punya tingkat kesulitannya masing-masing.

Dulu ketika kehilangan ayah, aku merasa seakan atap rumahku rubuh. Di antara runtuhan tersebut ada ibu yang menjadi tanah menyokongku.

Perlahan-lahan aku belajar menggunakan payung, membangun tenda dan setelah nyaris lima tahun akhirnya aku mampu mendirikan atapku sendiri.

Lalu…

Persis di saat semuanya terlihat mulai baik-baik saja, giliran ibu yang pergi tanpa diduga-duga.

Gempa… tanah yang jadi pijakanku rubuh.

Aku jatuh, lagi.

Sudah sampai mana dalam satu setengah tahun ini? Sudah sampai pada pelajaran menemukan lebih dari 365 cara yang tidak bekerja untuk membangun pijakan.

Berita baiknya, aku belajar bahwa semuanya harus dilakukan bukan hanya diharapkan. Aku belajar tak ada lagi yang akan membantuku mengerjakan segala hal yang menyusahkan. Tak ada lagi call mom, ask mom, let’s the mom do it. Tak ada lagi bantuan tanpa batas dalam hidup. Saatnya belajar menjadi orang tua bagi diri sendiri.

“Nanti kalau sudah jadi ibu, baru kamu paham…” begitu ucapmu dulu ketika aku misuh-misuh dengan segala perhatian yang tak jarang membuat jenggah. Ya, kini aku paham. Benarlah adanya, menjadi orang tua tak pernah mudah.

Ma, aku rindu.

2021-09-17

Ivy

*biru yang mengharu biru


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *