Musim-musim hujan begini adalah salah satu musim tervaforit saya di Bandung. Saya punya sesuatu yang tak terjelaskan dengan Bandung di kala hujan. Seperti ada selimut nyaman yang melingkupi saya untuk lena dan duduk manis. Mendengarkan bunyi hujan selama berjam-jam ditemani dengan boneka kesayangan dan membiarkan pikiran berkelana ke mana-mana.
Bersama dengan hujan yang turun menderas sedari siang, biasanya ada flash back dari kenangan dan pelajaran yang kembali terputar. Seperti minyak pada memori ingatan, hujan membantu memutarnya dengan lebih mulus. Hujan juga yang membuat saya terkurung atau lebih tepatnya sengaja mengurung diri untuk punya waktu lebih banyak dengan diri.
Maka di musim-musim begini seperti bunga yang bermekaran, biasanya akan banyak tulisan dan permenungan yang muncul. Hujan di Bandung selalu datang di akhir tahun, sekaligus Jadi waktu yang tepat untuk menelaah langkah-langkah apa saja yang telah terlewati setahun kemarin.
Selain banyak permenungan, akan banyak juga alasan untuk menolak pertemuan. Maafkan ya. Cinta saya pada hujan ini masih penuh dengan syarat. Saya masih manusia hydrophobic yang tak ingin basah namun ingin menikmati suara hujan. hihi..

Warung Langit, Bandung 2018
Dago 485, Bandung 2018-12-04
ivy
*ditulis dari pojok kamar di cuaca Bandung yang hujan sedari pagi hingga malam. Tiis