Dalam mimpi terliar sekalipun, tak pernah saya bermimpi tulisan saya akan diberi dimensi, diberi detak, diberi nyawa untuk menjadi film. Tanpa aba-aba, beberapa bulan silam, semesta mengendap-ngendap dan mengulurkan tangan pada saya.

Muka kucel ikut syuting 3 hari, apalagi 3 minggu. – DETAK 2018
“Uda sering nulis skenario ya?” tanya Ibu Hetty yang berperan sebagai Mbok Girah di dalam film yang kami namai DETAK. Saya tersenyum memandangnya. Hawa panas desa Cipaku Purbalingga membuat senyum saya makin gerah. Kala itu hari-2 produksi.
“Ini yang pertama buk.” ucap saya sebiasa mungkin. Lalu beliau senyum-senyum.
“Koq bisa sih kepikiran bikin cerita physo begini?” ia melanjutkan. Lagi-lagi senyum saya makin jengah. Singkat kata, panggilan dari astrada untuk melanjutkan scene menyelamatkan saya dari perbincangan tersebut.
Meski percakapan itu sederhana, tapi pertanyaan itu cukup membuat saya terpikir dengan kegilaan yang terjadi beberapa bulan belakangan ini. Tawaran itu dimulai dari sebuah pertanyaan sederhana dari Yuris sang Produser, “Lia bisa nulis film layar lebar ga?”

light preparation, DETAK 2018
Pertanyaan itu, saya baca di sore yang terik di sudut Kota Gede. Antara senang dan takut saya memandang-mandang WA tersebut sebelum bisa membalasnya. “Uda ada kerangka cerita koq. Tapi waktunya cuma sebulan..” tutur Yuris menjelaskan.
Saya tak ingat pasti tanggal tawaran, tapi saya ingat geliat rasa yang berkecamuk ketika membalas tawaran tersebut. Hal pertama yang saya jelaskan adalah, “Mau! Tapi aku kan belum pernah nulis screenplay sebelumnya. Paling mentok nulis screenplay untuk film pendek itupun yang kalian minta.”

Mbok Girah, DETAK 2018
Balasan Yuris tak bisa saya lupa, “Ini juga film layar lebar pertama kami koq! Mari menggila bersama. Hahaha…”
Mendengar jawaban ini ada lega yang menelusup di dada. Selalu ada yang pertama untuk semua hal dan kali ini untuk kami. Tak henti saya utarakan pada mereka, “Terima kasih dipercaya, terima kasih diajak berproses bersama.”

Set Preparation, DETAK 2018
Nah, semenjak seminggu silam, film DETAK yang saya tulis memasuki tahap selanjutnya. Tugas saya sebagai penulis selesai, tampuk kepemimpinan saya serahkan pada Sutradara Yongki Ongestu dan DOP Om Benny Kadar untuk mengasuh anak tersebut menurut bayangan mereka.
Apa saya puas dengan hasilnya? Manusia yang puas akan berhenti belajar. Bagi kami yang terlibat dalam proses ini, film DETAK adalah titian, pembelajaran sekaligus pencapaian.
Ada kolaborasi masif yang saya pelajari dalam proses ini, tiap bagian harus tau tugas dan batasnya masing-masing untuk memastikan semuanya berjalan dengan baik, fungsional. Paham bahkan satu suara batuk, satu gumpalan tisu, atau satu peniti kecil mampu berdampak besar.
Teman dan kawan semua, selamat berjuang menuntaskan mimpi kita! Mungkin mereka kelak akan menyebut kita gila, tapi toh film ini memang tentang kegilaan. Tentang mimpi yang coba disemai, tentang hal gila yang dipercaya dan diperjuangkan sepenuh daya.
Kami setengah gila untuk membuatnya dan kami harap para penonton juga ikut gila dengan alur ceritanya yang memang tak biasa. semoga.
Mimpi kami sederhana, jantung kalian ikut berDETAK, kuat-kuat!
NOTE: film nya tentang apa sih? Silahkan kepoin IG @detak.official ya
Bandung, 2018-11-23
ivy