Menulis itu butuh waktu. Ibarat pematung, kita butuh usaha untuk memindahkan rasa dan kenangan yang ada di kepala ke dalam kata. Itu yang memberi jiwa pada tulisan ~ blueismycolour
Di suatu sore yang bergerimis, seorang teman bertanya pada saya, “sebenarnya gimana sih kaidah menulis yang benar?”
Ketika itu saya bengong beberapa saat. “Kaidah? Kaidahnya mah ada pembuka, tengah dan penutup” ujar saya. “Tapi, menulis mah tulis aja dulu..” saya menimpali.
Pertanyaan itu mau tak mau membawa memori saya ke tahun-tahun awal saya mulai menulis. Ketika menulis menjadi sebuah kebahagian dan pelampiasan. Tanpa peduli tatanan bahasa, tanpa peduli apakah enak dibaca atau bukan.
“Menulis itu untuk diri sendiri. Untuk jadi kristal kenangan. Ketika kelak kepala tak lagi mampu mengingat semua hal detil tersebut. Menyimpan rasa pada kata” ujar saya lebih pada diri sendiri ketimbang menjawab pertanyaan nya.
“Menulis itu lebih sulit dari ngobrol. Makanya aku paling ga bisa..” ujarnya lagi setengah misu-misu. Saya hanya tersenyum lalu menimpali. “Berapa banyak orang yang ingin kamu ceritai kisahmu? Berapa kali kamu sanggup mengulangnya?” Jawab saya sembari menggodanya.
Dia kemudian diam sembari mengangguk. “Pantesan lebih susah ya..” Saya tersenyum-senyum dengan keluguannya.
Saya timpali, “Menulis itu butuh waktu. Ibarat pematung, kita butuh usaha untuk memindahkan rasa dan kenangan yang ada di kepala ke dalam kata. Itu yang memberi jiwa pada tulisan. Proses ini yang menentukan makna dari tulisanmu.”
Teman saya manggut-manggut lalu mengucapkan terima kasih. Sedikit yang dia tau, saya yang harus berterima kasih padanya. Seperti dicubit, diingatkan kembali esensi penting dari menulis. Disadarkan lagi tujuan menulis itu adalah untuk diri sendiri.
NB: Hei kamu terima kasih! Cara menjadi penulis adalah dengan terus menulis. Pembaca itu bonus 😉
Dago 485, 2017-7-28
Ivy
*NB : #dearmyself catatan penting untuk terus diingat.
awal-awal menulis memang akan sangat menyebalkan. karena ada banyak kata yang typo, spasi yang tak beraturan, alur tulisan yang entah mau dibawa kemana. namun saya juga mengerti bahwa menulis itu untuk diri sendiri agar bisa mengenang beberapa hal yang mungkin akan kita lupakan dan juga untuk menyalurkan hobi. terima kasih tulisannya. membaca tulisan ini menyadarkan saya bahwa melakukan sesuatu untuk kebaikan diri sendiri itu adalah tugas yang baik sekaligus menantang..hehe
LikeLiked by 1 person
Terima kasih kembali Ikal! Semangat 😊
LikeLike